Kamis, 31 Januari 2008

Ngejowantahing 'Betoro Kolo' Ing Bumi Nuswantoro


By : Aly Masyhar[1]

" semua kerusakan yang terjadi ing' alam kasunyatan' ialah akibat dari ulah manusia sendiri yang tidak bertanggungjawab, serakah dan tidak memayu hayuning buwono"

Dunia ini secara garis besar bias dibagi menjadi dua, yaitu jagad dhuwur lan jagad ngisor, jagad rohaniyah dan jagad jasmaniyah. Kemudian jagad dhuwur bias di bagi lagi menjadi dua, yaitu Ruhiyah dan Jisim lathif. Yang pertama ialah tempat bersemayamnya Nur Allah, dan yang kedua ialah tempat bersemayamnya Nur Muhammad dan Hawa Nafsu empat, Aluamah, Sufiyah, Amarah, dan Mutmainnah. Jadi pada alam Jisim Lathif inilah manusia harus memenangkan peperangan antara Nur Muhammad yang memanifestasikan diri pada Mutmainnah dengan tiga nafsu lainnya. Ketika dalam pertempuran tersebut pihak mutmainnah kalah, maka yang akan muncul dalam alam nyata ialah keburukan, dan begitupun sebaliknya, yaitu jika pihak mutmainnah yang menang maka perihal yang muncul dalam alam nyatap akan baik.

Kemudian, pembagian-pembagian unsure pada diri manusia tersebut ketika kita benturkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dewasa ini, semisal banyaknya bencana alam yang telah melanda Negara kita ini. Dari mulai banjir, tanah longsor, gunung meletus sampai tsunami. Dari sini maka kita sudah bias menyimpulkan bahwa pertarungan manusia Indonesia dalam alam Ruhaniyah, Jisim Lathif, tersebut, banyak yang dimenangkan oleh pihak nafsu yang jelek, yaitu salah satu dari nafsu Aluamah, Sufiyah, Amarah, atau bahkan kumpulan dari ketiga nafsu tersebut itu.

Hal di atas senada dengan firman Allah SWT yang inti maksudnya ialah, bahwa kerusakan yang terjadi di bumi, di laut, mapun di udara ialah sebab musabab atau berasal dari ulah tangan manusia sendiri. Dari sini bias dilihat korelasinya, yaitu musibah-musibah tersebut ialah akibat dari ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Kamudian ulah yang tidak bertanggungjawab tersebut dipacu oleh nafsu serakah (Aluamah, Amarah, Sufiyah) yang terdapat pada jisim lathif-nya.

Kekalahan tersebut, kalau kita lihat dalam kenyataannya, tidak hanya dialami oleh kebanyakan masyarakat, baik rakyat maupun para pengusaha, baik logging maupun industri, baik industri pertambangan maupun manufaktur, tetapi kekalahan ini juga banyak dialami oleh pihak birokrasi pemerintah, yang seharusnya bertugas sebagai penyelamat rakyat dan alamnya, ternyata malah berbuat sebaliknya, yaitu bertindak sebagai sebagai pelindung dan penyelamat para maling. Buktinya ialah banyaknya pelaku illegal logging yang kebal dengan hokum dan juga tidak adanya pembatasan eksploitasi alam bagi para industriawan. Pada sisi ini pihak pemerintah bak musang berwajah dua. Dari luarnya terlihat sebagai penyelamat bangsa dan alam kekayaannya, namun di sisi lain mereka sebagai pengahncur bangsa.

Namun demikian, meski pihak pemerintah malakukan kesalahan, pihak masyarakat juga harus introspeksi diri. Apakah dirinya juga terlibat sebagai penyebab kerusakan tersebut atau tidak ?. singkatnya, masyarakat jangan hanya menyalahkan pihak pemerintah saja, tetapi juga melakukan analisis sekaligus pembenahan diri. Setelah proses ini selesai dan ternyata pihak pemerintah dan industri juga belum sadar, maka baru kita bertindak keluar untuk mengingatkannya dengan Mau'idloh Hasanah, dengan menggunakan cara yang baik. Kata Nabi, Ibda' Binnafsik, mulailah dari dirimu sendiri. Hal ini dimaksudkan, terlebih dahulu masyarakat harus mampu memenangkan pertarungan I –nya tersebut. Dan disinilah hadits Nabi tentang jihad ba'da masa peperangan usai mendapatkan konteksnya. Kata Nabi, jihad yang sebenarnya dan paling berat ialah jihad memerangi diri sendiri. Pastinya, proses ini tidak hanya harus dilakukan oleh pihak masyarakat saja, tetapi semua kalangan, termasuk juga pemerintah dan industriawan.

Karena sebab musabab permasalahan tersebut berawal dari sisi alam ruhaniyah, maka penyelesaiannyapun juga harus dimulai dari titik ruhaniyah. Dalam arti pembenahan yang dilakukan harus tertuju pada titik tersebut, dan pastinya kita juga tidak boleh melupakn pembenahan-pembenahan pada sisi luarnya, yaitu pembenahan infrastruktur Negara dan juga mencegah efek negative yang sudah dilahirkan oleh perbuatan tidak bertanggungjawab sebelumnya. Pembenahan-pembenahan sisi luar ini harus solutif praktis dan kongkrit, tidak hanya mandeg dalam tataran ide saja.

Singkat kata, terkait pembenahan dan solusi dari pengejowantahan 'betoro kolo' ing bumi nuswantoro ini, harus dilakukan pada dua sisi, sisi ruhaniyah yaitu bagaimana kita harus bias mengalahkan nafsu jelek kita, dan juga sisi luar atau jasadiyah yang ditujukan pada penanggulangan efek-efek negative yang sudah terjadi. Namun, dari kedua sisi tersebut, sisi yang ditekankan ialah sisi ruhaniyahnya, sebab ruhaniyah ialah sebab awal terwujudnya alam kasunyatan. wallahu a'lam 'ala kulli syai'in dhohiron wal batinan.

Written on 26, Saturday January 2008.



[1] Mahasiswa Tribakti fak. Tarbiyah smt VII yang sedang mencari niring kang suci lan hakekating urip.

1 komentar:

DeSUGA mengatakan...

Assalaamu'alaykum Wr. Wb.
Salam Pergerakan...!!!
Greetings Friendship?
Oh ya sebenarnya pembahasan anda sudah bagus dan itu juga sangat ilmiah,,,tapi menurut saya kurang logis!!! karena makhluk hidup tidak hanya dari segi jasad dan ruh saja spesifikasinya untuk manusia, ia terdiri dari jasad, Jiwa dan Ruh?
maka dari itu kehidupan tidak terbatas pada Ruhiyah dan Jasadiyah saja, akan tetapi antara keduanya ada ruang (kehidupan) Fikriyah>>>
Tapi ok lah tingkatkan terus kreatifitas anda!!!!
Salam tuk tmn2 soggolangit & smua mhs Tri Bakti Kediri + Alumni2
Wassalaamu'alaykum Wr. Wb.